Mengenal Kisah Umami, Cita Rasa Kelima
Konsep umami, rasa kelima yang teridentifikasi pada manusia,
pertama kali diakui dan dikembangkan oleh seorang ilmuwan Jepang bernama
Kikunae Ikeda pada awal abad ke-20. Pada tahun 1908, Ikeda, yang merupakan
profesor di Universitas Tokyo, tertarik dengan rasa yang khas yang ia rasakan
saat mengonsumsi makanan tertentu, seperti kombu (rumput laut cokelat) yang
digunakan dalam sup tradisional Jepang, dashi.
Ikeda melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami rasa
ini secara ilmiah. Setelah melakukan sejumlah eksperimen dan analisis kimia, ia
mengidentifikasi senyawa kimia khusus yang menyebabkan rasa ini. Senyawa
tersebut kemudian dikenal sebagai "glutamat monosodium" atau
"MSG".
Ikeda menyadari bahwa rasa yang ia identifikasi berbeda dari
empat rasa utama yang telah dikenal sebelumnya (manis, asam, asin, dan pahit),
dan ia memberi nama rasa ini sebagai "umami" yang dalam bahasa Jepang
berarti "rasa lezat" atau "rasa yang enak".
Penemuan ini pertama kali diumumkan oleh Ikeda dalam makalah
ilmiahnya pada tahun 1908 yang berjudul "On a New Seasoning for Food
(Umami Substance) - The Taste of Dashi and its Active Principle". Ikeda
juga berhasil mengisolasi MSG dari kombu dan mengembangkan cara produksi MSG
secara komersial.
Setelah penemuan Ikeda, konsep umami semakin dikenal dan
diterima secara internasional. Selama bertahun-tahun, banyak penelitian
dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang mekanisme persepsi rasa umami dan
dampaknya pada citarasa makanan.
Hingga saat ini, umami dikenal sebagai rasa yang memberikan
kelezatan, kedalaman, dan kompleksitas pada makanan. Banyak bahan makanan
alami, seperti daging, ikan, keju, jamur, dan tomat, mengandung zat-zat alami
yang memberikan rasa umami. Selain MSG, sejumlah bahan makanan lainnya, seperti
ekstrak jamur, juga digunakan untuk meningkatkan cita rasa umami dalam berbagai
hidangan.