KISAH HEROIK SAHABAT NABI PADA PERANG BADAR (REMAJA 15 DAN 16 TAHUN: MUADZ DAN AUF)

Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam
Gambar: https://muhammadrasul.com/2020/11/21/kisah-setelah-pertempuran-perang-badar/

Perang Badar terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314 pasukan umat Islam yang melawan lebih dari 1.000 orang  dari kaum Quraisy. Perang badar merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW pada 622 Masehi.

Kondisi lapar dan haus tidak menahan para sahabat untuk berperang menegakkan panji Islam di awal masa kenabian Rasulullah SAW tersebut. Perang Badar terjadi pada tanggal 13 Maret 624 M, atau hari ke-17 Ramadan tahun 2 hijriah. Jadi, perang Badar berlangsung tepat pada tanggal 17 Ramadhan. Perang badar juga terjadi pada tahun pertama umat Islam diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan

Dalam kisah perang Badar terdapat beberapa kisah heroic yang dilakukan oleh para sahabat. Diantaranya kisah 2 orang pemuda belia (remaja) Anshor umurnya sekitar 15 tahun dan 16 tahun yang memiliki peran penting dalam kemenangan menghadapi Abu Jahal. Mereka adalah Muadz Ibn Afra’ (16 Tahun) dan Auf Ibn Afra’ (15 Tahun). 

Dikutip dari penyampaian Ust. Khalid Basalamah Semangat menggelora itu telah diceritakan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yaitu Abdurrahman bin Auf ra, dan telah diriwayatkan dalam berbagai hadis sahih.

Dalam kisah itu, disampaikan bahwa kedua pemuda itu berdiri di kanan dan kiri Abdurrahman bin Auf ra. Pemuda pertama, yaitu Mu’adz bin Afra ra, terlebih dulu mendatangi Abdurrahman bin Auf  dan bertanya, "Paman, mana yang namanya Abu Jahal?"

Lalu Abdurrahman Bin Auf kembali bertanya kepada pemuda itu, "Kenapa kau mencari Abu Jahal?"

Kemudian remaja itu menjawab, "Saya dengar dia orang yang paling suka menyakiti hati Rasulullah SAW di Makkah. Benarkah?"

Abdurrahman pun membenarkan pertanyaan itu. Tak disangkan, Mu’adz bin Afra pun menyampaikan kepada Abdurrahman bahwa dia akan membunuh Abu Jahal.

Keberanian yang luar biasa ditunjukan oleh Sahabat yang masih remaja tersebut ketika perang berkecamuk, langsung terfokus dan tertuju kepada pimpinan musuh bukan prajurit yang biasa-biasa saja. 

Abdurrahman saat itu menyampaikan kepada Mu'adz bahwa ketika ada Abu Jahal, maka ia akan akan memberi tahu remaja tersebut.

Tak lama datang adik Mu'adz, yaitu Auf bin Afra. Saat itu, adik Mu'adz itu menyampaikan pertanyaan yang sama.  Yakni menanyakan keberadaan Abu Jahal. Abdurrahman bin Auf kemudian memberikan jawaban yang sama dengan pertanyaan Mu'adz.

Ternyata, beberapa saat kemudian terlihat Abu Jahal yang tengah duduk di atas kuda lengkap dengan baju besi. Hanya kedua matanya yang terlihat dari kejauhan. Selain itu, Abu Jahal dikelilingi  10 pasukan berlapis.

Ketika Abdurrahman melihat Abu Jahal, maka ia berkata pada Mu'adz dan Auf, "Itu Abu Jahal."

Lalu Muadz dan Auf pun seperti dua anak panah yang melesat lepas dari busur. Keduanya lari menembus 10 barisan pasukan yang mengelilingi Abu Jahal dan menebas musuh tanpa ampun.

Hingga akhirnya keduanya sampai di hadapan Abu Jahal. Keduanya menebaskan pedangnya pada kaki kuda dan paha Abu Jahal hingga mengakibatkan Abu Jahal terjatuh dan tersungkur.

Auf yang berhasil menyayat paha Abu Jahal itu kemudian tak bisa lepas dari senjata para penjaga Abu Jahal sehingga membuatnya gugur secara sahid.

Sedangkan saudaranya, Mu'adz, berhasil melarikan diri dari kepungan musuh dengan satu tangannya yang terluka parah dan hampir putus. Mu'adz kemudian mengikat tangannya dengan ikat kepalanya lalu kembali masuk pada medan perang.

Namun dia merasa terganggu dengan tangannya yang hampir putus itu. Kemudian ia kembali ke luar dari medan perang dan menginjak tangannya yang hampir putus dengan kakinya. Kemudian ditariklah lengannya hingga membuat tangannya itu terputus.

Dia pun kembali ke dalam medan perang dengan hanya menggunakan satu tangan. Tak sedikit pun rasa takut yang dia tunjukkan  dalam peperangan. Hingga kemudian remaja itu dikabarkan gugur secara sahid, menyusul saudaranya yang terlebih dulu gugur.

Keberanian dua remaja bersaudara itu menunjukkan betapa besarnya rasa cintanya kepada Islam. Pada masa perjuangan dulu, para pemuda begitu gagah berani maju membela ajaran Islam.

Padahal, usianya masih sangat belia. Namun mereka sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Semoga kisah ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita semua khusunya para remaja 

LihatTutupKomentar