Kerajaan Lombok dan Sumbawa
Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Lombok adalah Kerajaan Lombok. Di bawah kepemimpinan Prabu Rangkesari, sang prabu memindahkan pusat kerajaan ke Desa Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan ini diambil karena Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh, Pada masa itulah Selaparang mengalami zaman keemasan dan memegang hegemoni di seluruh Lombok. Dari Lombok, Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan, dan tempat-tempat lainnya. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari Lombok menuju Sumbawa. Hubungan dengan beberapa negeri dikembangkan terutama dengan Demak.
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar lautnya PC telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Penyebab kehancuran Selaparang adalah ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 Masehi. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah dan sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok. Kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat dapat dimasukkan ke dalam kekuasaan Kerajaan Gowa pada tahun 1618. Bima ditaklukkan pada tahun 1633 dan kemudian Selaparang pada tahun 1640. Pada abad ke-17 seluruh Kerajaan Islam Lombok berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa. Hubungan antara Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara pemikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC setelah terjadinya Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Sumbawa dipandang lebih strategis daripada pusat pemerintahan di Selaparang mengingat ancaman dan serangan dan VOC terus menerus terjadi.